Ramalan (part 1)


Vina, seorang mahasiswi yang cukup cantik. Kulit kuning langsat seakan bercahaya jika dipadukan dengan pakaian sehari-harinya yang modis. Rambut hitam lurus terurai semakin membuat mata kaum adam enggan berpaling darinya. Ia memang berasal dari sebuah keluarga yang cukup berada, Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses dan sering bepergian ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya, sedangkan Ibunya adalah seorang psikolog. Setiap hari ia tinggal bersama seorang pembantu rumah tangga karena orang tuanya sangat sibuk. Tetapi bersyukurlah berkat pendidikan agama yang didapatnya sejak kecil, ia tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas seperti kebanyakan remaja lainnya.

Ia gemar membaca majalah remaja, dan dari kegiatan membaca itu kini ia berubah menjadi sesosok gadis yang aneh. Mungkin jika dilihat secara sekilas, penampilan lahirnya tidak menunjukan perubahan apapun, namun jika ditelusuri lebih dalam kedalam hatinya, maka kita akan menemukan sebuah kebiasaan yang tidak wajar bagi sebagian masyarakat. Ia kini sangat mempercayai ramalan. Bahkan ia lebih mempercayai ramalan disbanding nasehat orangtuanya bahkan perintah agama.

Tak salah memang, ia tak melanggar hukum pidana, dan ia pun tak merugikan orang lain, tapi ingatlah bahwa ramalan bintang dalam majalah itu ditulis oleh manusia yang belum tentu kebenarannya. Mungkin benar, mungkin juga itu hanyalah karangan bebas demi memenuhi rublik kosong dan menarik minat pembaca.

Suatu hari gadis cantik itu membeli dua buah majalah sekaligus hanya untuk melihat ramalan minggu ini. Dalam majalah satu ia membaca bahwa warna keberuntungan untuk zodiaknya adalah hijau sedangkan dalam majalah kedua disebutkan kuning. Jika ia memakai warna itu, maka ia akan menjadi pusat perhatain. Lihatlah perbedaan itu, bagaimana mungkin nasib keberuntungan manusia hanya ditentukan oleh sebuah warna?
Karena penasaran, maka ia mengobinasikan kedua warna itu. Ia pergi kuliah dengan atasan berwarna kuning dan celana panjang berwarna hijau. Sepatu kiri berwarna kuning dan sebelah kanan berwarna hijau. Begitupun dengan ikat rambut, ia membagi rambutnya menjadi dua bagian seperti mojang desa yang hendak pergi ke sawah untuk mengantar nasi rantang. Ikat rambut bagian kiri berwarna kuning dan kanan berwarna hijau. Lengkap dengan tas tangan yang berwarna kuning menyala seperti ibu-ibu yang hendak pergi arisan.

Dengan percaya dirinya, ia berangkat ke kampus dengan mengendarai jazz kesayangannya. Hanya mobil itu yang tidak di ganti catnya berwarna kuning. Bisa dibayangkan jika tiap hari ia harus mengganti cat mobil dengan warna senada demi sebuah keberuntungan dan menjadi pusat perhatian. Sampai dikampus, ia berjalan dari area parkir menuju ruang kelas bak pragawati yang memamerkan busana rancangan desainer ternama. Kontan seisi kampus yang melihatnya hanya dapat diam seribu bahasa. Tak ada kata yang dapat diucapkan lagi melihat penampilan Vina hari ini. Kini ia berhasil menjadi pusat perhatian.

Suksesnya ia menjadi pusat perhatian membuat ketua BEM sampai turun kelapangan. ia penasaran dengan laporan anak buahnya kalau ada anak baru yang masih mengenakan kostum ospek. Padahal ospek tahun ini telah berakhir beberapa bulan lalu.

Sampai dikelas, seperti biasanya ia duduk di barisan paling depan, ia duduk disebelah sahabatnya, Santy.  Gadis keturunan eropa ini memang tak kalah cantik dibanding Vina, apabila mereka berjalan di pusat perbelanjaan, banyak pria yang rela menggadaikan matanya demi untuk menatap mereka sepanjang hari.

Vina: “Halo, selamat pagi cantik.” (mencubit pipi santy, kemudian duduk)
Santy: “Vin, kesambet setan trowongan mana lo?” (Tanya santy heran)
Vina: “Apa sih? Gak jelas omongan lo.”
Santy: “Lo yang gak jelas, apa sih ini warna tabrak-tabrakan gini. Lo mau ikut ospek session kedua?”
Vina: “Ya nggak lah. Gini ya, gw cuma mau membuktikan ramalan bintang di majalah. Gue beli dua majalah sekaligus, tapi isinya beda-beda. Majalah satu bilang kalo gw harus pakai warna hijau, sedangkan majalah kedua bilang kalo gw harus pakai warna kuning. Yaudah apa salahnya gw kombinasi semuanya. Dan ternyata terbukti benar kok. Gue jadi pusat perhatian. Bahkan ketua BEM yang unyu itu sampai rela keluar dari ruangannya lho demi melihat penampilan gue.” (ujar Vina dengan bangga sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya)
Santy: “Tau ah, gak ngerti deh gw ama pikiran lo.”


--bersambung--

Burger Maut


Cerita ini hanyalah fiktif belaka, tidak bermaksud untuk menjatuhkan pihak manapun.

Ingatlah saat kita kecil, ketika orang tua kita mengingatkan ‘jangan jajan sembarangan.’ Mungkin benar adanya dan kalimat warisan nenek moyang itu akan sangat bermanfaat ketika kita melihat sebuah peristiwa di Negara adidaya, Amerika Serikat (just fiction).

Sebuah sekolah menengah pertama negeri yang terkenal di kawasan Arizona, amerika serikat memiliki jumlah murid yang sangat banyak. Orang tua mempercayakan pihak sekolah untuk mendidik putera puteri mereka.

Suatu hari sekolah itu kedatangan seorang tamu dari Negara bagian lain. Ia akan mengisi ruang kosong dihati pak kepala sekolah. Maksudnya ia akan mengisi stand kosong dikantin sekolah itu. Dahulu, stand itu digunakan oleh Ms. Lily untuk berjualan nasi goreng keju, namun karena kehendak tuhan yang maha kuasa, maka Ms. Lily harus pergi menghadap-Nya saat mengiris bawang merah untuk bumbu. Kejadian yang sangat mengejutkan dan tak biasa, bahkan tak ada yang tahu penyebab kematian wanita berambut pirang itu. Pihak sekolah pun seakan menutupi kejadian ini agar tak terdengar gaungnya sampai ranah publik, karena sekolah tak ingin nama baik lembaga pendidikan itu tercoreng dengan berita yang ‘kadang’ dilebih-lebihkan oleh pewarta hiburan.

Sekolah itu menerapkan birokrasi yang panjang dan segala bentuk persyaratan yang amat ketat. Antara lain makanan yang dijual dikantin haruslah memenuhi asupan gizi para siswa. Tentunya terdiri dari bahan yang tak berbahaya dan kebersihan harus diutamakan. Pihak sekolah tak ingin siswanya kekurangan gizi atau terserang penyakit berbahaya ketika menyantap makanan itu.

Dengan berbagai macam uji laboratorium dan uji rasa, akhirnya penjual burger itu sebut saja bernama Mr. James diizinkan untuk berjualan dengan memenuhi peraturan yang telah ditetapkan. Kepaka sekolah, Mr. Johan mengakui bahwa burger itu mempunyai rasa yang khas, tak ada bandingannya dengan makanan sejenis. Burger itu dinamai ‘burger maut’ karena rasanya yang sangat enak dan dapat membuat orang yang mencicipinya merasakan pengalaman yang berbeda. Ketagihan sampai maut menjemput.

Seminggu..
Dua minggu…
Satu bulan..

Sampai saat ini tak ada masalah. Para siswa sangat menggemari burger itu, bahkan mengalahkan kepopuleran nasi uduk Mrs. Yuyun yang terkenal dengan rasanya yang gurih. Uang yang didapat oleh manajemen sekolah pun melonjak drastis. Diperoleh dari pajak pendapatan yang dibebankan kepada pedagang di kantin.

Suatu malam yang biru, tanpa dirimu, berjuta-juta rindu, dikhayalku..
Saat Mr. Johan sedang asyik mendengarkan lagu kegemarannya, tiba-tiba ia mendengar suara gaduh yang berasal dari arah kantin. Seorang siswi tiba-tiba merasakan sesak di dadanya hingga ia tak sadarkan diri. Banyak siswa yang ingin memberikan pertolongan dengan napas buatan, tapi Mrs. Yuyun melarangnya. “Bukan muhrim.” Ucapnya.

Langit berubah mendung diselimuti awan kelabu. Cahaya kilat yang terang seakan memecah kegalauan awan itu menjadi beberapa pecahan asimetris. Tak ada yang mengetahui pasti penyebab kegalauan hati sang awan, padahal menurut BMKG, cuaca hari ini cerah berseri sepanjang hari.

*jdeer*
Suara petir menyambar tiang listrik di saming sekolah itu dan listrik pun terputus. Dan anehnya genset tak berfungsi ketika seorang OB berusaha mengoperasikannya. Walhasil, para siswi berteriak histeris karena keadaan sekolah yang amat gelap. 

HAHAHAHA..
Tiba-tiba Mr. James tertawa dengan sangat keras. Dari atas kepalanya terpancar seduah cahaya yang menerangi tubuhnya. Seperti Vidi Aldiaono sedang bernyanyi di konser Erwin Gutawa. Spontan semua orang yang melihatnya terbelalak kagum. Bukan kagum karena suara tawanya yang merdu, melainkan karena mereka bangga disekolah mereka ada seorang pesulap. Mereka menyangka Mr. James adalah pesulap karena ia dapat memancarkan cahaya terang tanpa lampu listrik.

“Aku bukan pesulap, aku bukan mentalist, dan aku bukanlah seorang puitis.” Kata Mr. James.
Lalu apa??
“Aku adalah jin dari timur tengah, aku adalah sindikat jin yang mencari nyawa manusia muda untuk aku jadikan koleksi di kamar.” Jelasnya.
“bercanda saja kamu.” Mr. Johan tidak percaya.

Seketika tubuh Mr. Johan melayang ke angkasa. Dan Mr. James berubah menjadi raksasa dengan kepala hampir menyentuh atap. 
Mr. Johan: “apa maumu? Jangan usik kehidupan kami.”
Mr. James: “mauku tak banyak, aku jatuh cinta dengan gadis itu, maka aku akan menjadikan ia selirku. Sebagaimana telah aku lakukan pada Ms. Lily beberapa waktu yang lalu.”
Mr. Johan: “aku tak akan membiarkan kau membawa muridku.”
Mr. James: “terserah, mau tak mau, harus mau. Aku adalah sindikat pencurian nyawa siswi disekolah. Tak ada kompromi dalam aksiku.”

*ini ngarang*

Kilat muncul seperti lampu blitz kamera. Beberapa detik kemudian terdengar suara petir yang sangat keras. (mengapa lebih dahulu kilat dari petir? Karena kecepatan cahaya lebih tinggi dari kecepatan suara) bersamaan dengan bunyi petir itu, siswi yang tadi pingsan terlihat kejang-kejang dan seketika ia terkapar dalam dekapan seorang ibu guru. Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun. Siswi itu telah meninggalkan dunia ini. Meninggalkan sanak saudara dan kerabat yang menyayanginya.*halah..

HAHAHAHAHA…
Mr. James alias si raksasa itu tertawa dengan keras menandakan keberhasilannya dan ia secara perlahan menghilang. Pemandangan yang sangat menjijikan, burger super lezat itu yang disebut-sebut mengalahkan kelezatan kraby patty berubah menjadi seonggok kotoran manusia dengan belatung dan cacing.

TAMAT

Note: teks ini murni hanya CERITA FIKSI.

    Pengikut