Vina, seorang mahasiswi yang cukup cantik. Kulit kuning langsat seakan bercahaya jika dipadukan dengan pakaian sehari-harinya yang modis. Rambut hitam lurus terurai semakin membuat mata kaum adam enggan berpaling darinya. Ia memang berasal dari sebuah keluarga yang cukup berada, Ayahnya adalah seorang pengusaha yang sukses dan sering bepergian ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya, sedangkan Ibunya adalah seorang psikolog. Setiap hari ia tinggal bersama seorang pembantu rumah tangga karena orang tuanya sangat sibuk. Tetapi bersyukurlah berkat pendidikan agama yang didapatnya sejak kecil, ia tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas seperti kebanyakan remaja lainnya.
Ia gemar membaca majalah remaja, dan dari kegiatan membaca itu kini ia berubah menjadi sesosok gadis yang aneh. Mungkin jika dilihat secara sekilas, penampilan lahirnya tidak menunjukan perubahan apapun, namun jika ditelusuri lebih dalam kedalam hatinya, maka kita akan menemukan sebuah kebiasaan yang tidak wajar bagi sebagian masyarakat. Ia kini sangat mempercayai ramalan. Bahkan ia lebih mempercayai ramalan disbanding nasehat orangtuanya bahkan perintah agama.
Tak salah memang, ia tak melanggar hukum pidana, dan ia pun tak merugikan orang lain, tapi ingatlah bahwa ramalan bintang dalam majalah itu ditulis oleh manusia yang belum tentu kebenarannya. Mungkin benar, mungkin juga itu hanyalah karangan bebas demi memenuhi rublik kosong dan menarik minat pembaca.
Suatu hari gadis cantik itu membeli dua buah majalah sekaligus hanya untuk melihat ramalan minggu ini. Dalam majalah satu ia membaca bahwa warna keberuntungan untuk zodiaknya adalah hijau sedangkan dalam majalah kedua disebutkan kuning. Jika ia memakai warna itu, maka ia akan menjadi pusat perhatain. Lihatlah perbedaan itu, bagaimana mungkin nasib keberuntungan manusia hanya ditentukan oleh sebuah warna?
Karena penasaran, maka ia mengobinasikan kedua warna itu. Ia pergi kuliah dengan atasan berwarna kuning dan celana panjang berwarna hijau. Sepatu kiri berwarna kuning dan sebelah kanan berwarna hijau. Begitupun dengan ikat rambut, ia membagi rambutnya menjadi dua bagian seperti mojang desa yang hendak pergi ke sawah untuk mengantar nasi rantang. Ikat rambut bagian kiri berwarna kuning dan kanan berwarna hijau. Lengkap dengan tas tangan yang berwarna kuning menyala seperti ibu-ibu yang hendak pergi arisan.
Dengan percaya dirinya, ia berangkat ke kampus dengan mengendarai jazz kesayangannya. Hanya mobil itu yang tidak di ganti catnya berwarna kuning. Bisa dibayangkan jika tiap hari ia harus mengganti cat mobil dengan warna senada demi sebuah keberuntungan dan menjadi pusat perhatian. Sampai dikampus, ia berjalan dari area parkir menuju ruang kelas bak pragawati yang memamerkan busana rancangan desainer ternama. Kontan seisi kampus yang melihatnya hanya dapat diam seribu bahasa. Tak ada kata yang dapat diucapkan lagi melihat penampilan Vina hari ini. Kini ia berhasil menjadi pusat perhatian.
Suksesnya ia menjadi pusat perhatian membuat ketua BEM sampai turun kelapangan. ia penasaran dengan laporan anak buahnya kalau ada anak baru yang masih mengenakan kostum ospek. Padahal ospek tahun ini telah berakhir beberapa bulan lalu.
Sampai dikelas, seperti biasanya ia duduk di barisan paling depan, ia duduk disebelah sahabatnya, Santy. Gadis keturunan eropa ini memang tak kalah cantik dibanding Vina, apabila mereka berjalan di pusat perbelanjaan, banyak pria yang rela menggadaikan matanya demi untuk menatap mereka sepanjang hari.
Vina: “Halo, selamat pagi cantik.” (mencubit pipi santy, kemudian duduk)
Santy: “Vin, kesambet setan trowongan mana lo?” (Tanya santy heran)
Vina: “Apa sih? Gak jelas omongan lo.”
Santy: “Lo yang gak jelas, apa sih ini warna tabrak-tabrakan gini. Lo mau ikut ospek session kedua?”
Vina: “Ya nggak lah. Gini ya, gw cuma mau membuktikan ramalan bintang di majalah. Gue beli dua majalah sekaligus, tapi isinya beda-beda. Majalah satu bilang kalo gw harus pakai warna hijau, sedangkan majalah kedua bilang kalo gw harus pakai warna kuning. Yaudah apa salahnya gw kombinasi semuanya. Dan ternyata terbukti benar kok. Gue jadi pusat perhatian. Bahkan ketua BEM yang unyu itu sampai rela keluar dari ruangannya lho demi melihat penampilan gue.” (ujar Vina dengan bangga sambil mengibaskan rambut kuncir kudanya)
Santy: “Tau ah, gak ngerti deh gw ama pikiran lo.”
--bersambung--