Salam
sejahtera untuk kita semua.
Cukup lama
gw mengabaikan blog gw ini, hampir satu tahun sejak postingan terakhir gw share
ke publik. Memang, satu tahun terakhir ini gw merasa hari-hari gw sungguh
monoton. Kegiatan kuliah dan organisasi menyita waktu gw ‘banget’
Commitment
(Komitmen)
Kali ini gw
akan membahas tentang komitmen. Masih ada benang merah dengan cerita satu tahun
belakangan yang membuat gw kehilangan kesadaran untuk menulis. Untuk pengertian secara leterlek
atau etimologi silakan cari sendiri ya. Karena sesungguhnya gw secara spontan
aja menulis judul demikian.
Setelah gw demisioner dari
kepengurusan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) periode 2011-2012 gw kembali
dihadapkan pada kegamangan. Sebenarnya sebelum gw mendengar ketukan palu sidang
paripurna, gw udah direkrut sama Rudi, ketua Umum LEM yang baru buat bantuin
dia. Masuk LEM lagi gitu lah, tapi gw udah nolak karena gw merasa pengabdian gw
di LEM (saat itu) udah cukup. Gw mau menikmati masa-masa gw sebagai mahasiswa
seperti awal-awal kuliah. Ya, sebut aja kuliah, belajar kelompok, main,
ujian, lulus. Flat banget emang sih.
Singkat
cerita setelah gw demisioner beberapa menit kemudian gw kembali diajak ngobrol
serius di angkringan depan kampus sampai jam 12 malem kalo gak salah. Dengan
berbagai pertimbangan selama 2 minggu akhirnya gw mengIYAkan. Saat itu jadilah
gw seorang Staff Sekretaris Umum Bagian Komunikasi dan Informasi.
Awal-awal
masa pengabdian gw dalam kepengurusan yang baru sebenarnya gak banyak yang gw
lakukan. Gw cuma cari temen dan melanjutkan pekerjaan gw dari kepengurusan
sebelumnya, karena pada kepengurusan sebelumnya gw dipercaya menjabat sebagai
Ketua Departemen Komunikasi. Satu kebanggaan dari diri gw karena dalam
kepengurusan 2012-2013 gw berhasil membuat sebuah website sederhana www.lem-app.com hihi..
Seperempat
perjalanan, terjadi reshuffle. Gw ditempatkan sebagai Staff Sekretaris Umum
Bagian Administrasi dan Rumah Tangga. Sedangkan partner gw di kominfo ditempatkan
sebagai sekretaris umum. Gak masalah sih buat gw, karena gw berpikir saat gw
udah mengucapkan janji gw sebagai pengurus, maka segala kebijakan ketua umum
adalah resiko buat gw. Tantangan juga sih, walaupun gw merasa jabatan itu
terlalu berat buat gw, terlebih gw mahasiswa tingkat akhir yang akan fokus
untuk TA.
Saat gw menerima SK pengangkatan gw sebagai staff admin, kondisi LEM agak kurang baik. beberapa pengurus yang menghilang entah kemana, tapi gw percaya bahwa kondisi kaya gini gak akan berlangsung lama karena masih banyak pengurus yang berkomitmen melanjutkan tanggung jawab mereka. Seiring berjalannya waktu gw tau kalau gw naif.
Beberapa waktu
berlalu, keadaan semakin parah. Yang
masih punya komitmen Cuma beberapa orang. Program kerja pun berjalan seperti
dipaksakan. Gw pun terkena dampaknya. Pekerjaan gw terbengkalai, surat-surat
berantakan, rapat males-malesan. Terbesit dalam benak gw buat mengundurkan diri
dari tanggung jawab ini tapi hati kecil berkata “bukan ini yang gw cari.” Gw mencoba
bertahan dalam keadaan yang kurang baik sampai akhir kepengurusan, karena gw
udah mengucap sumpah waktu pelantikan. Walau perjuangan gw selama satu periode
ini penuh air mata.
Gw gak punya temen buat berbagi
penderitaan. Semua teman-teman gw apatis dengan organisasi, walaupun mereka
dulunya aktif dalam kegiatan-kegiatan kek gini. Gw selalu berusaha buat tertawa,
walaupun pikiran gw pusing luar biasa. Mereka mengecilkan LEM, gw hanya bisa
tersenyum, karena keadannya memang demikian. Gw yang bodoh saat itu (mungkin).
Tanggung jawab gw cukup berat, gw
harus menghandle seluruh kegiatan administrasi (surat masuk, surat keluar,
surat keputusan, surat mandat), memeriksa proposal kegiatan dan LPJ seluruh Senat
Mahasiswa dan internal LEM sendiri, notulensi rapat, pengendalian inventaris,
dll. Itu gw lakukan semuanya sendirian.
Kenapa sih lu mau gabung lagi di LEM
padahal lu udah tau gimana keadaannya periode kemaren?
Gw cuma mau memberikan sesuatu buat
kampus di saat terakhir gw jadi mahasiswa. Sesuatu yang bermanfaat. Gw mau di
saat gw udah lulus, ada hal-hal yang bisa jadi kenangan buat adik-adik angkatan
gw. Selain gw orangnya gak tegaan kalo ngeliat temen yang minta tolong, sebisa
mungkin ya gw bantu. Dalam hal ini Rudi. Satu hal lain adalah gw yakin
keadaannya akan berbeda. Gw percaya orang-orang yang bergabung adalah
orang-orang hebat yang mampu menciptakan atmosfer organisasi yang baru.
Semua orang udah gak peduli sama
tanggung jawab mereka, kenapa lu masih mau bertahan?
Gw cuma punya satu alasan, TANGGUNG
JAWAB. Gw selalu berkata kepada diri gw kalau semua keputusan gw adalah sebuah
prinsip. Saat gw udah mengatakan: “oke, gw bersedia” maka gw punya tanggung
jawab moral untuk mempertahankan prinsip gw sampai tiba waktunya untuk
mengakhiri tanggung jawab itu. Gw benci pada mereka yang meninggalkan tanggung
jawab dengan seenaknya. Tapi apakah gw harus benci pada diri gw sendiri kalau
gw melakukan hal itu??
Pada awal pelantikan gw udah
mengucap sumpah dengan menyebut asma tuhan. Sebuah sumpah yang menurut gw bukan
hanya seremoni protokoler saja, tapi itu adalah janji kita kepada tuhan atas
tanggung jawab ke depan. Gw gak mau karena kegoisan gw di dunia, justru gw
harus mempertanggungjawabkan sumpah gw di akhirat.
Gw sering mendengar bahwa tuhan
tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hambanya. Apakah ini sebuah ujian
dari tuhan? Jika iya, gw yakin tuhan akan mengangkat gw ke derajat yang lebih
tinggi apabila gw mampu melewatinya. Ujian untuk itu bukan?
Kemudian gw merasa, kalau tanggung
jawab ‘segini’ aja gw udah menyerah bagaimana untuk tantangan ke depan. Kita sebagai
manusia sudah diberikan mandat untuk menjalani kehidupan ini dengan segala
tantangannya. Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan kita esok. Gw yakin
tanggung jawab yang akan membuat kita kuat, tanggung jawab yang akan membuat
kita semakin belajar, menemukan hal-hal baru dan pemecahannya. Yang terpenting
apakah kita cukup kuat untuk survive dalam hantaman gelombang? Apakah kita masih punya cukup
komitmen untuk meneruskan visi yang kita susun sendiri?
Gw sering berpikiran picik dengan
teman-teman di bidang yang meninggalkan gw sendiri, meninggalkan tanggung jawab
mereka dan menjadikan gw seakan-akan sebagai tumbal. Roda itu berputar, saat gw
sekarang adalah mahasiswa tingkat akhir yang berperan ganda membantu menjalankan
pemerintahan mahasiswa di kampus, saat itu juga mereka yang masih tingkat II menghilang
entah kemana, tahun depan kalian akan merasakan jadi mahasiswa tingkat III. Semoga
kalian diberikan kemudahan dalam menyusun Tugas Akhir.
Gw gak pernah menyalahkan mereka
atau benci dalam artian nyata kepada mereka kok, gw yakin mereka juga punya
cukup alasan yang kuat dan gw orang yang ‘gak tau apa-apa’ cukup jadi audiens. Gw
hanya kecewa karena pada awal kepengurusan kita selalu mengikrarkan bahwa kita
keluarga. Ya, gw hanya kecewa karena keluarga gw tega menginggalkan tanggung
jawabnya dan menjadikan gw seakan-akan sebagai tumbal.
Kini semua telah berakhir. Gw berhasil
menyelesaikan tanggung jawab gw di LEM dan tanggung jawab akademis gw. Perjuangan
menyusun TA sambil menyusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) bukan hal yang
mudah. Untungnya teman-teman BPH (Badan Pelaksana Harian) masih solid sampai
akhir kepengurusan. Gw salut dengan mereka, mereka yang memotivasi gw untuk
semangat manjalani tanggung jawab ini dan berkomitmen untuk menyelesaikannya.
![]() |
LPJ Lembaga Eksekutif Mahasiswa (kerjaan gw) |
![]() |
Tugas Akhir gw |
Ketukan palu 3x sebagai pengesahan
diterimanya LPJ LEM dalam sidang paripurna pertanggungjawaban adalah jawaban
atas doa-doa yang gw panjatkan selama ini. Sulit dipercaya akhirnya gw bisa
demisioner, tanggung jawab gw selesai. Rasanya beban-beban di pundak lenyap
seketika. Air mata itu pun berdesakan ingin menampakkan wujudnya. Haru. Satu faktanya
adalah ketika peserta sidang saling berjabat tangan, gw sama sekali gak mau
bersalaman apalagi berpelukan sama ex Ketua Umum gw, gw takut air mata yang gw
tahan-tahan malah bocor di tempat. Karena ia paling tau bagaimana kondisi
pengurus LEM dan bagaimana perjuangan gw selama satu periode. Gw malah
menyibukkan diri bersalaman dengan peserta sidang yang lain.
Komitmen adalah konsistensi kita
sebagai manusia. Tidak ada yang dapat dipercaya sepenuhnya dari apa yang
terucap dari bibir seseorang, tapi aksi nyata dalam sebuah tanggung jawab atau komitmen
adalah hal lain yang dapat orang nilai dan diakui. Tidak semua manusia bisa
menjadi juara pertama memang, tapi gw yakin usaha-usaha terbaik yang kita
lakukan akan memberikan dampak positif bagi diri sendiri.
Do your
best!!!. Lakukanlah apa yang masih dapat kau lakukan. Walau tak banyak memberikan
perubahan, namun dengan kegigihan dan kerja keras maka akan ada pelajaran
tentang nilai-nilai kehidupan yang membuat kita semakin cerdas.