Cukup lama aku bersandar pada dinding rapuh. Kau tahu, untuk beranjak dari sini tak semudah menghirup udara saat kau bebas. Ya, itu hanyalah dinding seperti halnya kau melihat jejakku ditanah.
Tapi bagiku, itu adalah sebuah harapan tinggi yang sulit untuk ku gapai. Dinding ini begitu rapuh yang jika kupaksakan untuk kugapai, aku yang akan menjerit.
Cukup kupendam hasratku, penuh harap. Dan kembali ku sadari aku bukanlah kesatria yang mampu menggapai dinding harap yang kupandangi.
Jika kau bertanya, untuk apa kupandangi dinding itu? Untuk apa aku berhasrat menggapainya?
Akan kujawab. Aku ingin melepaskan seorang puteri dari belenggu kesedihan. Kini ia berada dibalik dinding itu. Jika kupaksakan, bukan hanya diriku yang menjerit tetapi sang puteri juga akan merasa sakit. Ah, aku tak sanggup jika harus melihatnya sakit. Tapi aku juga tak mampu membebaskannya dari belenggu ini. Ia tak menginginkan diriku.
Biarlah, aku akan mencari seorang kesatria yang mampu menaklukkan hati sang puteri, membawa ia keluar dari kesedihan, dan membuatnya bahagia.
Aku juga akan tersenyum melihat mereka tertawa.
END