Uang telah raib, artinya mereka harus segera mungkin mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup di kota Jakarta yang konon serba mahal. Sangat berbeda di desa, dimana lading dan kebun masih terhampar luas, untuk makan sayuran segar bebas pestisida tidak perlu mendatangi super market khusus sayuran organik, orang desa tinggal mengambilnya di kebun belakang rumah mereka yang sengaja ditanam berbagai jenis sayuran untuk makan sehari-hari.
Setelah bertanya sana sini, akhirnya Mawar dan Melati mendapatkan sebuah rumah bedeng dengan harga sewa yang amat sangat murah. Maklum, rumah tersebut hanya berdinding anyaman bambu dengan ventilasi seadanya dan atap yang bocor dimana-mana. Untuk urusan MCK, mereka juga harus bersusah payah berjalan beberapa meter dari rumah mereka. Ya, MCK terpisah dari rumah itu dan di bawahnya mengalir kali ciliwung yang warna airnya tak ada beda dengan susu cokelat kental manis.
Beberapa hari luntang lantung di Jakarta tanpa pekerjaan akhirnya mereka memutuskan untuk berjualan Koran. Bermandikan keringat serasa bersauna dalam limpahan cahaya matahari rela mereka lakoni demi menghidupi mendapatkan uang untuk mengisi perut yang bernyanyi lagu keroncong.
Pada suatu ketika, sebuah mobil sedan mewah terlihat oleng dan akhirnya menepi dari keramaian lalu lintas ibu kota. Mawar dan Melati yang memang selalu berjalan beriringan mendekati mobil itu untuk mencari tahu keadaan yang sebenarnya. Meski orang tua mereka berbeda, tetapi mereka selalu mengajarkan perilaku saling tolong menolong sesama manusia. Membantu orang yang tertimpa musibah dengan ikhlas tanpa meminta imbalan apapun, itulah poin penting yang diajarkan orang tua mereka di kampung. Jika ada orang yang bertanya apakah Jakarta masih memiliki penduduk dengan budi pekerti demikian? Maka kembalikan lagi pertanyaan tersebut kepada diri anda.
Ternyata ban mobil tersebut pecah mungkin karena tekanan angin dalam ban itu yang berlebihan. Tanpa diminta, Mawar dan Melati langsung membantu pemilik mobil tersebut yang ternyata adalah pria muda berumur sekitar dua puluhan. Dengan pakaian serba rapi khas orang kantoran dan aroma parfum mewah yang wanginya baru akan hilang setelah tiga hari. Dengan gaya rambut yang cool makin menegaskan ia adalah seorang eksekutif muda.
Setelah selesai mengganti ban yang pecah dengan ban cadangan, eksekutif muda itu memperkenalkan diri bahwa dia adalah Andy, manajer restaurant masakan italia di kawasan Kemang. Mawar dan Melati pun memerkanalkan diri dan akhirnya Andy menawarkan pekerjaan sebagai pramusaji di restaurant miliknya. Mereka langsung setuju dan akan datang esok hari untuk langsung bekerja.
--- skip ---
Mereka bekerja sebagai pramusaji di restaurant tersebut. Mereka terlihat piawai menjaga tata krama dengan tamu, karena mereka telah terbiasa menyajikan makanan untuk bapak yang baru pulang dari ladang. Andy merasa sangat puas atas kerja karyawan barunya itu. Tetapi sebuah peristiwa merubah segalanya, saat restaurant tersebut kedatangan investor dari negeri asal Pizza tersebut. Mawar yang bertugas melayani tamu itu, karena Mawar adalah pramusaji yang tercantik. Investor itu begitu terpesona dengan Mawar yang begitu anggun dan menarik. Bukan hanya itu, investor tua itu ingin meniduri Mawar. Astaga.
Investor itu berbicara dengan Andy untuk meminta Mawar dan Melati menemaninya malam ini dalam sebuah hotel bintang lima. Andy sempat terkejut mendengar permintaan kliennya, namun ia tak mampu berbuat banyak ketika investor itu mengancam akan menarik kembali modal yang telah ia kucurkan jika Andy tidak bersedia mengikuti keinginannya.
Dengan diliputi kegalauan hati, Akhirnya Andy melupakan rasa manusiawinya dengan menyerahkan Mawar untuk menemani sang investor malam itu juga. Demi kelangsungan bisnisnya dan ia akan mendapat sejumlah uang sebagai imbalan. Ya, Andy menjual Mawar tanpa sepengetahuannya. Dan ini adalah awal dari babak baru perjuangan Mawar dan Melati di Jakarta.
BERSAMBUNG
Tetap nantikan kelanjutan ceritanya yaa.
terima kasih.